Anggota Komisi X DPR dari Fraksi
PPP DPR Reni Marlinawati menilai aksi tawuran pelajar yang terjadi di Ibukota
Jakarta bukan lagi bentuk ekspresi pelajar. "Mereka sudah melakukan
tindakan kriminal," kata Reni kepada wartawan di gedung DPR, Kompleks
Parlemen Senayan Jakarta, Selasa (25/9/2012).
Dia menilai aksi tawuran yang
terjadi ada kesan pembiaran dilakukan pihak sekolah dan guru. Akibatnya, aksi
tawuran terjadi turun temurun. Terkait kondisi ini, Wakil Sekretaris Fraksi PPP
DPR RI ini meminta agar aksi tawuran pelajar ini diputus mata rantainya.
Dia mengusulkan harus ada sanksi
yang diterima oleh pihak sekolah. "Dengan cara ini, agar ada motivasi dari
pihak sekolah untuk mencegah dan menyetop aksi tawuran pelajaran," kata
Reni. Selain sekolah, Reni juga mengusulkan, pelajar yang terlibat dalam aksi
tawuran pelajar juga mendapat sanksi. "Pelajar dikembalikan ke orang
tuanya, agar ada efek jera," tambah Reni.
Reni juga meminta Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan agar membuat formula secara komprehensif untuk
mencegah dan memutus mata rantai tawuran pelajar. "Karena tawuran pelajar
tidak hanya di kota-kota besar saja," demikian Reni.
Sementara Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan M Nuh meminta maaf kepada masyarakat atas terjadinya aksi tawuran
pelajar. Dia juga mendukung upaya yang dilakukan dua sekolah. "Saya tidak
ingin sekolah ini seperti Israel dan Palestina," kata Nuh bertamsil.
Terkait upaya pemutusan mata rantai
aksi tawuran, Nuh mengatakan pihaknya akan membentuk tim khusus untuk menangani
masalah tawuran antarpelajar. "Kami akan buat desk khusus untuk mengamati
dua sekolah ini," tambah Nuh.
Rencananya, kata Nuh, tim khusus
ini akan mulai bekerja Senin (1/10/2012) pekan depan. Tim yang berada di bawah
Direktorat Jenderal Pendidikan menengah ini akan bertugas hingga waktu yang
belum ditentukan. "Tugas mereka sampai waktu yang belum ditentukan,"
kata Nuh seraya mengatakan hasil tim untuk mengambil keputusan.
Kepala Sekolah SMAN 70 Jakarta,
Saksono Liliek Susanto, menolak bila sekolahnya bertanggungjawab dalam aksi
tawuran pelajar. "Saya balik bertanya, kalau di luar sekolah tanggung
jawab sekolah bukan? Hal yang terjadi di luar bukan ranah kami, jangan salahkan
kami," ujar Saksono di SMA 70 Jakarta, Selasa (25/9/2012)
Dia mengklaim telah berusaha
melakukan pencegahan agar tawuran tidak terjadi. Langkah-langkah yang sudah
dilakukan, di antaranya pembinaan kesiswaan, mengeluarkan siswa yang terlibat
tawuran dan membawa senjata tajam, razia di kelas, hingga razia ke tempat
tongkrongan siswa.
SUMBER :
[1] http://metropolitan.inilah.com/read/detail/1908876/aksi-kekerasan-pelajar-salah-siapa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar